Kamis, 02 Juli 2009

Sahabat Sejati

‘Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati..’

“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran disisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya” (H.R al-Hakim)

ALLAH SWT mencipta makhluk di atas muka bumi ini berpasang-pasangan. Begitu juga manusia, tidak akan hidup bersendirian. Kita tidak boleh lari dari berkawan dan menjadi kawan kepada seseorang. Jika ada manusia yang tidak suka berkawan atau melarang orang lain daripada berkawan, dia dianggap ganjil dan tidak memenuhi ciri-ciri sebagai seorang manusia yang normal.

Inilah antara hikmah, kenapa Allah SWT mencipta manusia daripada berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa. Firman Allah SWT dalam surah al-Hujurat ayat 13, yang bermaksud:

“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan berpuak-puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya.”

Dalam Islam faktor memilih kawan amat dititikberatkan. Hubungan persahabatan adalah hubungan yang sangat mulia, kerana kawan atau sahabat berperanan dalam membentuk personaliti individu. Ada kawan yang sanggup bersusah-payah dan berkongsi duka bersama kita, dan tidak kurang juga kawan yang nampak muka semasa senang dan hanya sanggup berkongsi kegembiraan sahaja.

Pendek kata sahabat boleh menentukan corak hidup kita. Justeru, jika salah pilih sahabat kita akan merana dan menerima padahnya. Selari dengan hadith Rasululah saw yang bermaksud: “Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya” (H.R Abu Daud).

Bak kata pepatah Arab, “Bersahabat dengan penjual minyak wangi, kita akan menerima percikan wangiannya, manakala bersahabat dengan tukang besi, percikan apinya akan mencarikkan baju kita.”

Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik?

Seorang bijak pandai berpesan kepada anak lelakinya: “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:

  • Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu;
  • Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu;
  • Jika engkau memerlu pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu;
  • Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik;
  • Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu;
  • Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya;
  • Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan mengusahakannya;
  • Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), dia akan menanyakan kesusahan kamu;
  • Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan meringankan kesusahan kamu;
  • Jika engkau berkata kepadanya, nescaya dia akan membenarkan kamu;
  • Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu;
  • Jika kamu berdua berselisih faham, nescaya dia lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan;
  • Dia membantumu menunaikan tanggungjawab serta melarang melakukan perkara buruk dan maksiat;
  • Dia mendorongmu mencapai kejayaan di dunia dan akhirat.

Sebagai remaja yang terlepas daripada pandangan ayah ibu berhati-hatilah jika memilih kawan. Kerana kawan, kita bahagia tetapi kawan juga boleh menjahanamkan kita.

Hati-hatilah atau tinggalkan sahaja sahabat seperti dibawah:

  • Sahabat yang tamak: ia sangat tamak, ia hanya memberi sedikit dan meminta yang banyak, dan ia hanya mementingkan diri sendiri.
  • Sahabat hipokrit: ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal lampau, atau hal-hal mendatang; ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
  • Sahabat pengampu: Dia setuju dengan semua yang kamu lakukan tidak kira betul atau salah, yang parahnya dia setuju dengan hal yang dia tidak berani untuk menjelaskan kebenaran, di hadapanmu ia memuji dirimu, dan di belakangmu ia merendahkan dirimu atau mengkhianati amanahmu. Bila telah di percayai, dia khianati. Bila telah di cintai, dia dustakan.
  • Sahabat pemboros dan suka hiburan: ia menjadi kawanmu jika engkau suka berpesta, suka berkeliaran dan ‘melepak’ pada waktu yang tidak sepatutnya, suka ke tempat-tempat hiburan dan pertunjukan yang melalaikan.
  • Sahabat yang membawamu semakin jauh dari Allah. Seorang yang tidak menambah kebajikanmu di dunia, lebih2 lagi di akhirat. Seorang yang tidak menambah manfaat kehidupanmu di akhirat, bukanlah temanmu yang sebenar.

Hati-hatilah memilih kawan, kerana kawan boleh menjadi cermin peribadi seseorang. Berkawanlah kerana Allah untuk mencari redha-Nya.

Surat dari Teman Terbaik

Kepada: Teman baikku ...
Kawan, dengan uang engkau dapat ...
Membeli tempat tidur,
tapi tidak dapat membeli "tidur nyenyak".
Membeli sebuah jam,
tapi tidak dapat membeli waktu.
Membeli sebuah buku,
tapi tidak dapat membeli pengetahuan.
Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan,
tapi tidak dapat membeli kehormatan.
Membeli obat-obatan,
tapi tidak dapat membeli kesehatan.
Membeli darah,
tapi tidak dapat membeli kehidupan.
Jadi uang bukanlah segalanya ....
Bahkan uang terkadang membuatmu merasa sakit dan menderita.
Aku memberitahukan hal ini kepada kalian semua, karena aku adalah temanmu, dan sebagai teman aku ingin menyingkirkan semua rasa sakit dan penderitaan yang engkau alami.
Jadi segera kirimkan semua uangmu kepadaku karena aku rela menderita untukmu.

Salam manis,
Temanmu yang terbaik

Buku, teman terbaik sepanjang masa.

Beruntunglah seorang yang telah menjadikan buku sebagai teman terbaiknya. Buku adalah teman yang selalu memahami, tidak pernah marah dan bahkan selalu memberikan yang terbaik kepada kita sebagai temannya. Buku selalu memberikan inspirasi yang banyak kepada setiap pembacanya. Buku apa saja, pasti menyampaikan informasi dan pesan berguna.

:)

…..Buku…..

…..jadilah engkau bagian hari-hariku…..

…..temani aku dalam setiap waktuku…..

…..tanpamu…..

…..aku akan beku…..

…..hatiku kaku…..

…..bahkan lidahku kelu…..

…..Buku…..

…..engkau selalu tahu…..

…..apa yang tidak ku tahu…..

…..engkau ajari aku…..

…..tentang angka, abjad dan gambar…..

…..angka satu yang telah aku tahu…..

…..aku dapat darimu…..

…..aku belajar darimu tentang dunia…..

…..buku…..

…..kemuliaanmu…..

…..kagumku padamu…..

:)

Kisah tentang Kawan Baik

Laura Khalida


Saya sudah mengetahui tentangnya melalui majalah Muslimah (sebelum saya jadi reporter di sana). Namanya Dewi Nurcahyani, adik dari seorang artis bernama Ratna Listy (host ‘Bedah Rumah’). Ketika akhirnya saya berhasil kerja di majalah ini, sejujurnya sosok yang saya ingin lihat pertama kali adalah dia. Penasaran aja, kayak gimana sih adiknya seorang Ratna Listy?

Akhirnya Senin, 17 Januari 2005 itu saya bisa bertemu semua rekan kerja baru, termasuk Mbak Dewi yang berprofesi sebagai seorang fotografer.

“Oh... ini orangnya...” benak saya berkata. Mengenakan kemeja, celana jeans, dan jilbab yang diikat kebelakang. Sederhana dan jauh dari kesan glamor. Dimulailah ritual saling kenalan satu sama lainnya. Biasa deh sebagai orang baru, saya masih jaim dan malu-malu kucing. Kebanyakan diamnya dan lebih mengamati keadaan.

Seiring waktu berjalan, ternyata Mbak Dewi bisa menjadi salah satu kawan terdekat saya. Kebetulan meja kami bersebelahan, sehingga bisa banyak ngobrol dan saya sering merhatiin kalau dia mengolah foto di photoshop.

Tingkahnya konyol, suka becanda, dan perkakasnya paling komplit! Mau nyari plester pembalut luka, betadin, minyak tawon, obat kulit, gunting kuku, obeng, sampai garam (untuk temen makan gorengan) mintalah pada dia.

Dia juga tempat kita minta bantuan.

“Mbak... hpku ngadat, kenapa sih?”

“Mbak... laci mejaku nggak bisa dibuka, kuncinya ilang, bongkarin dong..”

“Aku pusing nih... pijitin kepalaku, dong Mbak...”

“Kok komputerku LAN nya nggak jalan... kenapa, ya?”

“Mbak.. internetnya nggak mau connect, neh... bantuin dong....”

“Mbak, gorengannya dateng! Siapin garem,” ini sih suara saya, he he he...

Itulah Mbak Dewi. Meski tomboy tapi hatinya baek habis. Dia sangat perhatian dan kebaikannya tanpa pamrih.

Ketika saya ulang tahun, tiba-tiba saya menemukan sebungkus kado dalam ransel saya. Meski bertanya-tanya dalam hati, saya sudah bisa menduga dari siapa kado itu. Begitu tiba di rumah, tanpa menunggu lagi saya langsung buka kado itu. Sebuah bingkai foto. Kebetulan beberapa waktu sebelumnya, sehabis acara pemotretan untuk majalah, Mbak Dewi menyuruh saya di make up sama Mbak Ugie (tukang riasnya para model Muslimah) .

“Minta dandan dulu sana, nanti aku foto untuk kartu press!” suruhnya waktu itu. Tadinya saya malas. Tapi setelah dipikir-pikir, kapan lagi punya koleksi foto digital dengan kualitas studio secara gratis? Tanpa membuang waktu saya lari ke atas dan minta Mbak Ugie dandanin saya.

“Tipis aja, Mbak. Aku nggak suka menor!” pinta saya waktu itu. Begitu selesai, saya teriak ke arah bawah, “Mbak Dewi!”

“Yaaa...” jawabnya dari bawah.

I am ready!” lanjut saya.

Serentak temen-temen di bawah heboh, teriak, buru-buru ke atas ingin melihat saya yang jarang dandan ini (biasanya cuma pake bedak dan lipgoss). Sampai atas mereka sibuk godain dan ngejek saya. Malu-malu kucing saya bergaya apa-adanya dan pasrah difoto Mbak Dewi.

Tapi fotografer yang satu ini emang hebat. Mbak Dewi pandai ‘mencuri’ momen-momen penting yang mungkin nggak kepikiran sama kita. Hasilnya kebanyakan foto saya ekspresinya natural. Senyumnya mengembang tanpa beban, tertawa lepas (karena digodain teman-teman), dan sebagainya. Tidak terlihat dibuat-buat. Salah satunya adalah foto yang dipakai sebagai ‘headshot’ multiply ini.

Setelah foto diburning dalam CD, saya langsung mencetak beberapa yang bagus, diantaranya ukuran dompet, yang lalu saya perlihatkan pada Mbak Dewi. Itulah sebabnya ia lalu menghadiahi saya bingkai foto.

“Udah dipajang belum, fotonya?” tanyanya keesokan harinya.

Kebetulan rumah Mbak Nana (Ratna Listy) dekat dengan kantor kami (Kota Wisata, Cibubur). Persisnya di belakang kantor. Sesekali dia suka mengajak kami menengok Regi, keponakannya. Lucunya dia menyebut kakaknya dengan ‘artis’ (bukan dengan maksud menyombong, tentunya)

“Mau ikut nggak ke rumah artis?” gitu selalu kalau dia ngajak.

Atau kalau dia bawa makanan seperti rujak dan lauk, hasil ‘ngerampok’ dari rumah kakaknya, dia akan bilang, “Nih, makanan dari artis!”

Kami juga punya beberapa kesamaan. Salah satunya, sama-sama penggemar sepatu jenis sneakers. Hampir semua sepatu yang dipakainya, pasti saya suka modelnya. Demikian sebaliknya. Kalau saya nonton acara ‘Bedah Rumah’ dan melihat sepatu Mbak Nana bagus dan mirip yang pernah dipakainya, maka saya akan bertanya, “Mbak.. sepatunya Mbak Nana itu kemarin punyamu, ya?”

“Enak aja! Kita nggak pernah tukeran sepatu, tau!” jawabnya sok galak.

Selain itu selera tas kami juga sama. Suka ransel dan tas slempang kecil yang praktis. Sampai-sampai suaminya Mbak Dewi, Luhur, fotografer detik.com bisa menebak selera saya. Ceritanya, suatu hari Mbak Dewi ke kantor pake tas slempang panjang, kalau nggak salah oleh-oleh dari Jakarta Fair (pemberian Mbak Nana). Saya langsung komentar, “Mbak... tasnya bagus deh. Aku suka!”

Langsung dia teriak, “Ih... kok suamiku bener sih. Aku di rumah debat sama dia, katanya pasti Laura yang naksir tas aku, tapi aku yakinnya si Yuyun! Taunya dia yang bener. Sebel deh!” rajuknya lucu.

Ia juga penggemar berat kararter Garfield! Tengoklah rumahnya di kawasan Cileungsi. Koleksi Garfieldnya bertebaran. Bahkan ketika ia harus dirawat inap di rumah sakit, beberapa koleksi Garfieldnya ikut menemani.

“Suamimu nggak keberatan dengan koleksimu, Mbak?” tanya saya suatu ketika.

“Nggak.... asal nggak mahal-mahal aja,”jawabnya sambil nyengir.

Kalau udah menyangkut Garfield, biasanya Mbak Dewi nggak bisa nahan diri. Kalau dia nemu seorang anak kecil di mal yang pakai tas Garfield, misalnya... niscaya ia akan membujuk anak itu mau menjualnya sama dia!

Itulah Mbak Dewi dengan karakternya yang unik. Anaknya cuek, nggak malu-malu. Di kantor tak jarang ia pakai jaket yang ada tutup kepalanya, lalu memakai sapu tangan sebagai masker (kayak orang mau naik motor aja), terus begitu sambil mengolah foto. Sampai kita ejek, “Mbak kena Flu Hongkong, ya?”

Atau ia juga cuek pakai kacamata hitam tempo doeloe yang gede banget itu. Sama saya naik motor menuju sentra Eropa, dengan jaket tutup kepala dan kacamata gedenya. Cuek habis!

Pokoknya kalau di kantor nggak ada Mbak Dewi dan Fachry (fotografer juga, yang biasa kita sapa ‘papah’) bakalan sepi. Keduanya emang berkarakter ‘gila’ yang bisa mencerahkan suasana.

Kalau Mbak Dewi manggil, “Pah... Pah...”

Fachry dengan isengnya menjawab, “Ya Mah... ada apa, Mah....” ada-ada aja.

Ketika saya buat opini untuk Muslimah dengan judul ‘Please deh jangan salahin jilbabmu’, jargon itu sempat menjadi bahan celetukan selama beberapa waktu. Misalnya saat ada yang komentar, “Plis deh....” biasanya Papah langsung menyahut, “Plis deh... jangan salahin jilbabmu!”

Atau kebiasan saya yang suka ngomong, “Apaan sih?” juga dijadikan bahan olokan sama Mbak Dewi. Setiap ada hal baru yang diperbincangkan di kantor, serentak beberapa teman langsung bilang, “Apaan sih? Apaan sih?” sampai saya berkelakar, “Pokoknya yang bilang apaan, sih kudu bayar fee ama aku!”

Ia juga menjuluki saya ‘arwah penasaran’ karena sifat saya yang selalu ingin tahu.

“Dasar arwah!” katanya. Biasanya saya balas, “Kalau nggak arwah, nggak bakalan jadi reporter aku, Mbak!”

“Oh ya... bener juga kamu!” sahutnya.

Lalu... ketika saya memutuskan keluar dari Muslimah, Mbak Dewi meminjamkan buku pada saya. Judulnya ‘Sebelum dipecat, jangan berhenti dari pekerjaan Anda’ dan ‘Don’t sweat small stuff at work’. Begitu keputusan tidak berubah, ia bertanya, “Jadi... nggak ada gunanya baca ini, ya?”

“Ada... nambah pengetahuan...” jawab saya iseng.

Akhirnya tiba juga hari itu. Jum’at tanggal 29 Juli 2005 adalah my last day in office. Pagi-pagi saya sudah menemukan (lagi-lagi) sebungkus kado di meja. Saya tersenyum dan sudah menebak siapa pemberinya. Namun saya tak langsung membukanya, saya masukkan dalam tas.

Sampai rumah, kado itu saya buka. Isinya jam dinding manis berwarna ungu. Memang tak ada nama pemberinya. Tapi terdapat kartu ucapan bergambar Garfield bertuliskan ‘ Thanks 4 kindness ‘n forgive me. Keep in touch, guy!’

Langsung saya sms dia, “Thanks Mbak, I knew it from u. Tadi kemana aja sih, jadi nggak bisa pamitan deh.”

Rupanya dia pijet refleksi sama Bu redaktur di sebuah spa di sentra Eropa! Dasar ibu-ibu.

Seperti sudah saya kisahkan di tulisan saya sebelumnya (Ketika Harus Memilih...). Meski hanya enam bulan, namun Muslimah membawa kesan yang mendalam. Salah satunya ya Mbak Dewi itu. Yang saya saluti adalah, orangnya tetap opimis. Meski saat ini kondisi kesehatannya agak terganggu, namun ia tetap semangat menjalani hidup dan bisa tidak memikirkan penyakitnya itu. Pokoknya Mbak, aku akan mendoakan supaya dirimu lekas sehat.

Marilah teman-teman... kita berdoa supaya Mbak Dewi yang baik hati segera cepat sembuh dari penyakitnya dan segera dikaruniai momongan yang lucu. Aminnn....

Sahabat????

kata sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial namun demikian besar arti sebenarnya dari sebuah persahabatan sehingga membuatnya begitu berarti. kadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun kadang juga sahabat membuat kenangan terburuk untuk kita sepanjang hidup.

tetapi kadang kala juga sahabat bisa berakhir indah atau bisa juga buruk, saya mungkin punya sebuah persepsi bahwa persahabatan tidak boleh diakhiri dengan sebuah kata cinta, dan persepsi itu dah menjadi prinsip semenjak saya mengenal arti persahabatan.

namun, saya juga tidak bisa pungkiri bahwa hal yang bertentangan tersebut banyak terjadi disekitarku. dan harapku saya tidak menjadi bagian dari itu, sebab saya ingin menempatkan arti sahabat sebenar-benarnya sahabat, walaupun banyak cerita negatif yang mendekatkan saya akan hal cinta sesama sahabat…tentunya sahabat ceweklah soalnya gue cowok :)

untuk saya sahabat adalah sahabat, dan sahabat terbaik adalah sahabat yang tau kapan dia atau kita membutuhkannya.

::butuh waktu yang lama untuk membangun sebuah persahabatan, tetapi hanya butuh waktu singkat untuk menghancurkannya::

Sahabat Vs Temen Deket

Sahabat…

Temen deket…

Mungkin kadang kita khususnya gw sendiri bingung menentukan se2orang itu sahabat gw or cuma tmn deket aja. Mungkin karena 22nya deket sama kita n sering jadi tempat cerita. Beberapa terakir ini gw sempet bingung mengenai 2 makna dari kata itu. Gw sempet mikir apakah mereka pantes dibilang sahabat? Apa selama ini gw cuma punya temwn2 deket doank dan belom menemukan seorang sahbatpun dalam hidup gw? Pertanyaan itu sering muncul belakangan hari ini. Agak jahat emang. Kesannya gw g ngakuin sahabat gw yg udh peduli n care sm gw. Itulh yang gw dapet. Disini.. Di kota baru gw. Gw ngerasa sendiri ditengah keramaian orang. Gw sempet bertanya2 dlm hati, "mana org2 yang ngaknya sahabat gw??".."kenapa mereka ga ada saat gw bener2 lg jatoh?!".."Apa selama ini emang gw g punya sahabat??"..

Tapi sekarang pertanyaan2 dalam hati gw udh terjawab semua. Ternyata sahabat n temen deket itu emang beda. Sahabat selalu bs menentramkan jiwa saat qt sharing. Tp hal itu g bisa dilakuin sm sang temen deket. dan beruntungnya gw udh merasakan tentramnya jiwa gw setelah crita, curhat n sharing. Dan itu artinya selama ii gw emang punya sahabat.

Sahabat ga perlu banyak tp yg penting selalu ada. Yang perlu banyak adalah teman dekat….

Temen Makan Temen

Aku orang yang termasuk “sangat” tidak ingin kehilangan teman. Teman itu adalah harta karun yang paling berharga, nggak bisa diganti dengan harta sebanyak apapun. Ketika udah nggak punya apa-apa atau kepepet, teman pasti nolong. Untuk urusan tolong menolong pun mereka tidak pernah berlebihan, menolong semampu dan semau mereka saja. Itu membuktikan bahwa tidak ada “udang dibalik batu” dari setiap pertolongan yang diberikan. Yah, setidaknya bergitulah pandangan singkat yang kumiliki tentang seorang teman.

Aku punya seorang teman yang dulu bisa saling kenal karena bertemu diacara berskala nasional. Saat itu kami hanya saling bertemu selama satu minggu, tapi kami sempat bertukar kontak instant messenger.

Hari ini teman tersebut menyapaku dari instant messenger. Awalnya aku senang sekali, kami saling bertanya kabar seperti orang yang lama tidak bertemu pada umumnya. Tapi ketika pembicaraan sudah mulai jauh, dia bertanya “Hei, sekarang kerja apa kuliah”. Karena aku bukan orang yang suka jujur, jadi aku bilang aja dulu “Masih nganggur nih dirumah”. Aku pikir ini pertanyaan dan jawaban yang normal, sampai akhirnya dia bertanya “Kamu mau nggak dapat penghasilan perbulan tanpa modal?, caranya mudah kok!”.

Doh, perasaanku mulai nggak enak. Karena nggak mau berprasangka buruk dulu, jadi aku ladenin saja “Wah, memangnya bisa? gimana caranya tuh?”. Maka diapun mulai menjelaskan panjang lebar tentang bisnis yang ditawarkan, yaitu mencari partner jualan, mengumpulkan poin, dll.. Sampai disitu aku sudah tidak bisa lagi menyangkal prasangka buruk yang tadi udah dihilangkan. Aku dibisnisin MLM sama teman sendiri :evil: . Mungkin karena itu dia terlihat begitu akrab dan aku sendiri sempat heran kenapa bisa terlalu care saat bertanya kabar. Berusaha untuk tidak menyinggung perasaannya, akupun meladeni pembicaraan itu hingga ketahap yang agak lebih mendalam, kemudian dengan sengaja mengubah status IM ku jadi invisible :D

Itulah yang mengerikan dari seorang teman yang tidak tahu apa artinya memiliki teman, mungkin agak berlebihan jika aku mengutip kalimat yang pernah kutonton disatu film : “Kamu nggak akan pernah tahu apa yang kamu punya, sebelum semuanya hilang.”. Bisnis sih boleh-boleh saja, aku juga nggak ada komentar tentang bisnis tipe-tipe seperti diatas, tapi mbok ya kira-kira to mbak,jangan temen baik juga dijadiin sasaran keuntungan. Kayak nggak ada orang lain aja, memangnya nggak mikir ya gimana perasaan temen kalau dia tahu bahwa dia dimanfaatkan. Yah mungkin juga dia masih hijau dan belum tahu banyak tentang ini, sampai saat ini aku masih bisa menganggapnya sebagai teman, tapi tidak pernah kusapa karena setiap disapa selalu ujung-ujungnya ngajakin bisnis tersebut (yang bisa bikin dia untung). Bukan aku nggak mau teman sendiri sukses, tapi ini bukan tentang uang. Punya uang berapapun juga ngga guna klo ngga punya siapa-siapa.

Yah, sekali lagi aku ngga kritik bisnisnya, tapi orang yang menjalankannya dengan cara “mencaplok” teman sendiri, setidaknya untukku pribadi, aku risih banget kalau digituin :D . Pernah dengar sejarah group band legendaris The Beattles?. Kini personilnya hanya tinggal 2. 2 diantara mereka telah meninggal, yang satu ditembak mati oleh penggemarnya sendiri, dan yang satu lagi kalau tidak salah terkena kanker (atau serangan jantung?). Kedua personilnya yang masih ada sering ditanya dan ditawari untuk manggung di seluruh dunia, dan mereka selalu menolak, “Kami tidak mungkin melakukannya, 2 dari kami telah tiada”. Padahal mereka bisa meraup keuntungan jutaan dolar dari konser itu.